Saat Pendidikan Dikomersialisasikan
Pendidikan
adalah sesuatu yang sangat penting demi kemajuan sebuah bangsa. Kualitas
pendidikan yang baik akan berdampak pula pada meningkatnya kualitas suatu
bangsa. Semakin banyak rakyatnya yang cerdas maka berbanding lurus pula dengan
kemakmuran suatu bangsa. Lalu bagaimana dengan fenomena komersial nilai? Nilai
sempurna yang didapat mahasiswa bukanlah berasal dari kerja keras mereka
melalui otak, melainkan melalui uang. Tentu hal ini sangat mengecewakan karena
yang menjadi pelaku adalah seorang dosen.
Unmul
sebagaimana yang kita ketahui merupakan salah satu universitas terbesar di Bumi
Etam. Hal ini didukung dengan banyaknya fakultas yang ada serta didukung pula
dengan jumlah tenaga pendidik yang tidak sedikit yaitu sekitar 900 orang. Dengan
banyaknya pendidik dipandang dapat menghasilkan lulusan yang jempolan serta
menjadikan orang-orang yang akan membangun Kaltim kearah yang lebih baik
Diantara
ratusan dosen yang mengajar, terdapat dosen ‘nakal’ yang mengkomersialkan nilai.
Dengan iming-iming nilai bagus, maka mahasiswa diminta untuk membayar dengan
cara membeli pakaian praktik yang harganya tidak sesuai ataupun diminta untuk
membelikan pulsa.
Hal
ini membuat para mahasiswa menjadi berang. Bagaimana tidak? Ditahun ini kita
membayar kuliah dengan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT). Perbedaan nilai UKT
tiap mahasiswa sudah cukup membuat mahasiswa keberatan kemudian ditambah lagi
dengan keharusan untuk membeli pakaian dari dosen yang bersangkutan serta
membayar biaya yang seharusnya tidak ada dan ‘diadakan’. Sebagai reaksi dari
hal tersebut banyak mahasiswa melakukan aksi dan menuntut agar sang dosen yang
bersangkutan diberhentikan.
Kita
dapat menilai sendiri bahwa apa yang dilakukan oknum dosen tersebut adalah hal
yang cukup mengagetkan karena secara terang-terangan mengkomersialkan nilai
dari mata kuliah yang ia bimbing. Komersial nilai di kalangan mahasiswa dan
dosen memang sudah banyak terjadi. Pendidikan di masa kini lebih cenderung
kearah yang berbau material.
Dosen
dimata mahasiswa memang tidak begitu banyak berarti seperti guru. Umumnya
mahasiswa membutuhkan dosen hanya untuk nilai dan itulah ‘peluang’ untuk
dijadikan tempat ‘bisnis’ yang menguntungkan. Praktik komersial nilai sering
kali kita dengar namun jarang yang sampai mencuat hingga keluar. Yang terjadi
di Unmul adalah salah satu yang berhasil terkuak karena tidak tahannya para
mahasiswa atas perilaku sang dosen.
Dosen
merupakan sebuah pekerjaan yang cukup ‘menghasilkan’ maka menjadi heran ketika
dosen mengkomersialkan sebuah nilai. Dan menjadikan sebuah tanda tanya besar
“Apakah gaji seorang dosen kurang untuk memenuhi kebutuhan?”
Bagaimana Sebaiknya?
Dosen
diharapkan mampu menjadikan mahasiswanya sebagai golongan cerdik pandai.
Dinilai pula sebagai tenaga pendidik tertinggi, maka sepantasnya seorang dosen
harus bertingkah laku baik karena secara tidak langsung ia adalah cerminan
dimana ia mengabdi.
Jangan
sampai hanya karena nila setitik rusak susu sebelanga. Jangan sampai para
mahasiswa memandang negatif dosen-dosen yang lain. Dosen bukan hanya tempat
untuk mendapatkan nilai, dosen adalah orang yang akan mengantarkan kita menuju
saat dimana kita akan berpakaian toga dan tersenyum bangga.
Pada
umumnya dosen menjadi teladan bagi mahasiswanya karena sebagai mahasiswa kita
tentu sudah sangat memahami betul apa yang seharusnya dan apa yang tidak. Aksi
yang dilakukan oleh mahasiswa terkait komersial nilai merupakan sebuah corengan
besar di wajah para dosen.
Suatu
bukti pula bahwa pendidikan di Indonesia masih belum terlihat jelas arah
kemajuannya. Masih banyak yang harus ditinjau dan dievaluasi. Tenaga pendidik
yang benar-benar murni dalam mengabdikan dirinya tidak banyak terlihat. Mereka
lebih memikirkan ‘bagaimana memperkaya dirinya sendiri?’ dibanding ‘bagaimana
memperkaya bangsa ini?’
Dosen
bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah karena ia bertanggung jawab atas ilmu yang
ia sampaikan, sebagian besar ilmu yang kita terima dibangku perkuliahan adalah
yang akan kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Menjadi sebuah PR
untuk rektor agar dapat lebih bertanggung jawab dan mengevaluasi kinerja para
staf pengajar di Unmul. (rro)
oleh: Raden Roro Mira Budiasih
ada apa dengan UKT sepertinya UKT itu seperti kata yang mengerikan bagi setiap mahasiswa :3
BalasHapusukt tiap mahasiswa itu beda-beda, itu yg bikin mahasiswa berang karna gak disamaratakan -_-
HapusUKT itu apa sih btw?
BalasHapuseh baru tau kalo ada dosen yang kek gitu -_- kirain cuma di STM aja nilai bisa disulap, ternyata di bangku kuliah juga
ukt itu kayak spp, bedanya ini dibayar tiap semester
Hapusuang kuliah tunggal Hud
UKT itu ujian kenaikan tingkat bukan sih..>? *soktau
BalasHapusdi kuliah emang lebih merajalela tuh komersilnya, karena mungkin mahasisswanya juga ngerasa lebih punya duit buat "beli" nilai... *soktau lagi
uang kuliah tunggal mbakk :3 hehe
Hapusmakanya itu, tapi kan ada juga yang gak mampu
kasian, udah ukt beda-beda dan banyak yg gak sesuai kondisi ekonomi keluarga
dilakukan pungli lagi sama dosennya --_-- hft
UKT itu apaan?
BalasHapusKalau nilai di sulap kayaknya udah sering terjadi deh >.<
uang kuliah tunggal mbak ^^ hehe
Hapustapi kasian juga mbak, dosen makin kaya --__--
Eh Unmul mana sih? kok aku gak tau ya..
BalasHapusbtw bagus kok artikelmu, btw masa iya sang dosen berani berbuat seperti itu? ckckckckc
seharusnya dosen manjadi panutan, bukannya malah mengkomersilkan jabatannya, smg segera sadar
gatau? universitas terbesar di kalimantan timur loh -________-
Hapusya itu masalahnya, hm hm
dosen oh dosennn
wuiiiiih, tulisannya intelek banget! udah kayak naskah pidato. keren keren.
BalasHapuslah, kok dosen minta uang buat baju? baju seragam? bukannya kuliah nggak perlu pakai baju yang seragam gitu ya -___-
wahh, kukuh belum tau kalo saya pernah juara 3 pidato Nasional *loh kok pamer*
Hapusdosen penjas~ jadi harus beli baju praktik (olga) sama dosennya
kalau selama ini pihak rektor tidak bertindak berarti kalau gak mahasiswanya yang memang membeli nilai dan dosen menjadikan ini sebagai bisnis.
BalasHapuskalaupun ada mahasiswa merasa dirugikan seharusnya sudah melaporkan hal ini.
sudah dilaporkannn, makanya tulisan ini ada :D saya wartawan kampus mas
Hapushehe
ukm jurnalistik
sebenernya praktek semacam itu sudah banyak, hanya mungkin ngga terlalu keliatan. kebanyakan beli buku buat tambah nilai. sangat disayangkan, dimana saat ini yang dibutuhkan justru pendidikan gratis agar generasi bangsa ini lebih cerdas... hosh
BalasHapuskualitas pendidikan gak sesuai dengan yg digembar gemborkan pemerintah
Hapushmmmm
Hmm. Ini udah bisa biasa banget terjadia di dunia perkuliahan. Jangankan dosen nakal, rektor nakal aja sekarang banyak juga. Emang miris banget, ya. -_-
BalasHapusindonesia kuuu sayang, indonesia ku malanggg
Hapushaha
gue juga ngerasain perbedaan kok, waktu gue kuliah dulu nilai B ajah udah susah, IPK 2.8 ajah udah ngeden, eh sekarang adek2 tingkat gue malah berlomba-lomba dapet IPK 3. ..... . ternyata uang gedung sama SPP mereka sekarang mahalnya minta ampun.
BalasHapusbanget bang -_____-
BalasHapusAhh gini ini mah udah banyak dikuliah,an ? Apalagi di STM. Gue "̮ ƗƗɑƗƗɑƗƗɑ "̮ sama kayak gtulah gak jauh beda
BalasHapus-_-
aku belum tau bagaimana suasana perkuliahan dan ak baru tahu, ternyata ada kegiatan konyol seperti ini.. kapan negara ini bisa maju?? yang berpendidik dan tidak, sama-sama manis seperti itu -_-
BalasHapusyaelahh kak,jangankan di perkuliahan ...di smp pun juga ada, aku gak ngalamin sih tapi temenku yang ngalaminnya dan itu bener-bener parah :/ emang bener ya, sebagian ada yang begitu ingin menggebu membangun bangsa ini buat lebih maju tapi jika ada putih pasti ada hitam kan ? pasti juga ada mereka2 yang ingin membelakangkan bangsa ini ._. jadi pengen pindah negara kalo gini terus :D
BalasHapuswaaahh bagus tulisan opininya, saya suka,, eh tapi unmul itu apa kalau saran saya sih jangan di singkat,,
BalasHapus