Cita dan Cinta


Siang itu, Laras baru pulang dari Perpustakaan Daerah Samarinda. Ia meminjam beberapa buku, salah satunya ialah sebuah buku dengan sampul bewarna merah terang bertuliskan ‘Kiat Sukses di Masa Muda’, entah mengapa ia meminjam buku itu. Dan pastinya ia tak pernah absen untuk meminjam Novel.
****
Kali ini Laras berada ditempat yang sama 3 hari lalu saat ia meminjam buku, ia ingin mengembalikan buku yang telah ia pinjam, dan meminjamnya buku yang lain lagi. Begitulah seterusnya siklus yang terdapat di dalam kegiatan Perpustakaan. Ia sibuk memilih buku mana yang akan ia pinjam. Matanya tertuju pada sebuah buku dengan sampul berwarna ungu terang, letaknya lumayan tinggi, berada di rak tingkat 5, ia berusaha menggapai buku itu. Dan ternyata tak hanya Laras yang tertarik dengan buku itu, tapi juga seorang pemuda perawakan sedang dengan kulit bersih dan senyum tipis yang menggoda. Pemuda tersebut berseragam putih abu-abu sama seperti Laras.


        “Eh, maaf. Nih..” ucap pemuda tersebut begitu ia berhasil menggapai buku itu dan menyerahkannya pada Laras. Seulas senyum mengembang di sudut bibir pemuda itu, dan berhasil membuat perasaan tergetar di hati Laras.


            “Hahaha.. gak. Kalo kamu mau pinjem, kamu aja duluan,” balas Laras canggung akibat senyum pemuda tersebut.

Dan ternyata nama pemuda itu adalah Ashari, ia bersekolah di MAN. Dan hobbynya sama dengan Laras, menghabiskan waktu berjam-jam dengan sebuah buku di tangan. Laras senang, bisa mendapat teman baru, ia bisa berbagi pengalaman dan cerita tentang banyak hal, terutama tentang buku! Sejujurnya Laras sering dan terlalu sering melihat Ashari di PusDa, tapi baru kali ini Laras berkesempatan untuk mengenal pemuda itu. Pemuda dengan tinggi sekitar 170 cm, dengan berat proporsional, kulitnya yang bersih menjadi nilai plus bagi pemuda itu dimata Laras, ditambah lagi dengan barisan gigi Ashari yang putih, menambah pesona pemuda itu.

Mereka duduk-duduk dibangku halaman Perpus,

            “Buku ini bercerita tentang cita-cita seorang gadis. Tapi ia harus rela meninggalkan kekasihnya demi cita yang ingin ia raih. Ia meninggalkan cintanya” jelas Ari, nama panggilan Ashari. “Sudah pernah baca dong?” tanya Laras heran, dan Ari mengangguk antusias dan melanjutkan “Ceritanya bagus, banyak makna dan hikmah yang bisa kita teladani. Baca deh.” Kali ini Ari menyodorkan buku itu dan Laras menyambutnya dengan senyum mengembang.

Pertemuan sore itupun berakhir ketika suara Adzan shalat Ashar berkumandang untuk memanggil-manggil mereka berdua. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu lagi lain hari, di tempat yang sama.
****
Intensitas pertemuan antara Laras dan Ari semakin banyak. Mereka berdua kini lebih sering menghabiskan minggu sore untuk belajar bersama di tempat, dimana pertama kali mereka bertemu. Mereka berdua sama-sama tengah duduk di bangku kelas XII dan itu berarti, waktu Ujian Akhir Nasional semakin dekat. Ari pintar dalam ilmu eksak, tak jarang Laras bertemu dengan Ari untuk membahas soal-soal yang bagi Laras sangat sulit dan dapat terselesaikan dengan mudah oleh Ari.

Pengumuman kelulusan telah tiba, dan benar saja. Ari dan Laras lulus dengan nilai yang memuaskan. Sebelumnya, Laras telah mengirimkan surat untuk sebuah Universitas ternama di Adelaide, Australia dan ia mendapat beasiswa penuh di sana. Laras tak pernah sesenang ini, ia begitu bahagia, cita-citanya tercapai. Dan ia juga harus menerima kenyataan, bahwa persahabatan yang terjalin antara dia dan Ari kini telah berubah menjadi Cinta, dan itu berarti ia harus meninggalkan Ari, cintanya. Ia suka pada Ari. Ia baru menyadari, ia selalu merasa senang dan nyaman jika berada di dekat Ari, ia selalu deg-deg’an jika Ari tersenyum tulus padanya. Ia suka cara Ari meyibakkan rambutnya ketika ia sedang serius membaca dan tak sadar poninya menutupi pandangannya.

Sore itu Ari menelepon, pasti kabar bahwa ia diterima di Universitas Indonesia. Karena Laras dan Ari mengirimkannya bersamaan, Laras diterima..

            “Assalamualaikum..” ucap Ari begitu telepon diangkat
            “Walaikumsalam, kenapa Ri?”
            “Aku keterima di UI jalur Undangan, kamu juga kan??” jawab Ari penuh harap
            “He’eh, aku juga..” tak terasa butiran hangat mengalir di pipi Laras
            “Kita bisa bareng lagi deh,,,,” ucap Ari antusias
            “Ri??”
            “Yaaa, kenapa Ras?”
            “Aku,, aku suka kamuu” suara itu terlontar begitu saja dari mulut Laras
            “Haaaa? Serius?” teriak Ari dari seberang sana, ia tampak kaget
            “He’emhhhh” dan air mata itu kian membanjir,
            “Aku juga deh”
            “Lho, kok pake deh?” jawab Laras sewot sambil menahan tangisnya
            “Haha,, aku suka kamu. Suka ! Aku sayang, hehe. Aku udah merhatikan kamu sejak di perpus, dan gak nyangka bisa saling kenal terus kita satu kampus lagi. Hebat banget kan?”
            Hahaha,, iyaa. Hebat! Aku juga sayang kamu Ri” Laras terisak, ia tak mampu menahan perasaanya
            “Lho, kok kamu nangis?”
            “Hahaha,, gak” Laras cepat-cepat menghapus air matanya, walau percuma, tangis itu semakin jadi
            “Hehe, jangan terharu dong gara-gara kita satu kampus.” Canda Ari
            “Ari... aku kuliah di Adelaide!”
            “Oh.” hening sesaat, “Bagus dong! Hebat! kapan berangkatnya? Kok gak bilang-bilang sih?” ada kecewa dan amarah dalam nada itu,
            “Aku lagi beres-beres baju. Udah yaa, aku sayang kamu Ri. Makasih atas semuanya”, tutup Laras, ia menjatuhkan tubuhnya di atas tumpukan baju-baju yang akan ia bawa ke Adelaide. Handphonenya bergetar, nama Ari terpampang jelas di layar handphonenya.

Laras tak sanggup membalas sms itu, ia tak sanggup mengetik kata Besok untuk ia kirim ke Ari.
****
Laras sudah berada di bandara Sepinggan, ia diantar oleh ke-2 orang tuanya, Vira adik satu-satunya dan Pamannya. Ibu tak henti-hentinya menangis untuk melepas anak gadisnya di negeri orang. Laras merasa tenang, di saat terakhirnya di Indonesia dia tidak bertemu dengan Ari, tapi Vira punya rencana lain. Ia memberitahu Ari perihal keberangkatan kakaknya. Dan tepat saat panggilan terakhir kepada seluruh penumpang tujuan Jakarta, Ari memasuki ruang boarding..

            “Laras Aprilia!” teriak Ari memanggil nama panjang Laras, semua yang berada di bandara menoleh ke asal suara, terlebih lagi Laras, air matanya jatuh. Ari mendekat...

            “Seenggaknya pamit dulu dong hhh, masa langsung ngehilang gitu aja. Hehe. Oia, nih, hhh novel cita dan cinta.” suara Ari terputus-putus, ia ngos-ngosan. Buku di tangannya berwarna ungu terang, itu adalah buku yang mempertemukan Ari dan Laras di perpustakaan. Laras tak sanggup berkata-kata lagi, ia hanya bisa memeluk Ari. Tak peduli pandangan orang-orang yang ada disekitarnya, ada yang tertawa cekikikan, ada yang memandang mereka sinis, ada yang tersenyum geli. Laras tak peduli.
****
Laras sedang menyusuri jalan-jalan kota Adelaide dengan sepeda milik Jessica, teman satu apartemennya. Sampai akhirnya ia melihat sesosok pemuda yang sangat mirip dengan Ari disebuah cafe, ia tertegun. Sosok itu mendekati dan menyapanya dengan senyum yang sangat ia rindukan,

            “Assalamualaikum Laras”
            “Aaaa, walaikumsalam” pekik Laras kegirangan dan langsung memeluk Ari, dia menjatuhkan begitu saja sepeda milik Jessica. Ia mempererat pelukannya seolah tak ingin melepaskannya, sudah 2 tahun ia tak bertemu Ari. Ketika kembali ke Indonesia, ia terlalu takut untuk bertemu Ari. Ari tampak dewasa, rahangnya mengeras dan membentuk wajah kokoh disana, matanya memicing dan tangan-tanganya semakin kuat. Ari ke Australia untuk mengikuti beasiswa summer course selama 2 bulan.

            “Ingat kisah akhir dari novel yang waktu itu? Cita dan cinta?” tanya Ari masih dalam pelukan Laras, Laras hanya mengangguk,
            “Kisah kita seperti itu kan? I Love You!” bisik Ari lalu mengecup lembut kening Laras.

            Tak perlu ada kata kangen atau rindu dan apalah sejenisnya yang terlontar dari mulut mereka. Semua itu telah tergambarkan dari mata mereka, mata yang menyiratkan kerinduan terdalam, mata yang tak pernah bohong tentang perasaan.


Cerpen ini dibuat sewaktu akhir tahun 2012~

Komentar

  1. berawal dari perpustakaan kemudiak jadian lanjut mengejar cita dan endingnya ketemu cinta lagi. happy ending gt so nice deh cm klu bleh saran skligs saran buat sy pribadi juga klu buat cerita fiksi bagusan klu pake alur yg sulit di tebak... jd pmbaca jd trtarik dan penasaran gt.. klu alur yg lurus2 sj kn mudah ditebak endingnya sprt apa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, masih tahap belajar :D
      dibuatnya juga oas setahun kemaren~ hehe

      Hapus
  2. Halo Raden Roro Mira Budiasih (aku belum tau nama panggilan kamu jadi aku panggil itu aja ya) ceritanya menarik. aku senyam senyum baca awalnya hahaha
    ngingetin sama cerita FTV buku jatuh dari rak trus kalian berdua ngambil buku itu berbarengan, trus mata kalian bertemu huahahaha..lucu ya, hayoo kamu sudah pernah seperti itu ga? :D hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. panggil Roro aja~
      wahahaha, iyaya sinetron banget xp
      apalagi yang buku jatuh itu :p
      adegan gitu sih sering, tapi bukan buku
      haha

      Hapus
  3. ciee banget nih ceritanya..dari perpus berlanjut sampe kuliah di luar negeri...
    saran aja nih..kalo bisa, dialog yg atas itu dibikin kayak yang bawah aja, 1 kalimat = satu baris...
    kayak dialog yang bawah..
    biar enak bacanya...hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih dalam proses belajar juga mbak, makasih sarannya ;)))

      Hapus
  4. aaaa! saya fans-nya Roro garis keras!!!!

    :D

    :)

    :|

    :(

    :'(

    :|

    :)

    :D

    seperti itu gambaran ekspresi aku saat mmbacanya sampe abis..(y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ka Palli gak boleh nge-fans sama aku! -__- *loh

      Hapus
  5. si laras hati hati tuh, si Ari kayaknya lagi usaha, hahah

    BalasHapus
  6. 2 taun LDR-an tuh ada kabar gak sih?
    trus masa iya larasnya gak nyempetin pulang ke indo?
    *kepo

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenernya gak ada karna Laras udah nganggap mereka gak ada apa-apa
      pas Laras balik ke Indo dia gak mau nemuin Ari. Makanya pas si Ari emang merjuangin, ya Laras nerima ._.

      Hapus
  7. kak roro.. aku ngiri nih.. kapan aku punya cerita cinta sekeren itu??? -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini ftv To .__. hahaha bukan dunia nyata

      Hapus
    2. tapi tetep aja bikin kepengen -_-

      coba deh besok critanya diganti "ketemu di jalan, tabrakan, mati, jatuh cinta, pacaran" gitu kek, biar aku gag kepengen :D

      Hapus
  8. wah.. ini cerita serru...
    cerita percintaan...

    BalasHapus
  9. Ahhhhhh suka, romantis semua berawal dari perpustakaan :)

    BalasHapus
  10. cieee nemuin cinta di perpustakaan nih cerita nya.. :)
    bagus karangan kamu..

    BalasHapus
  11. hlah kak roro ini bikin galau aja -__- tiap aku ke perpusda, yang ada malah emak - emak dinas yang sliwar sliwer sana sini, masa' iya harus aku pedekatein juga ? :o

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahahahah, ya ajak kenalan aja tuh emak-emak Ji :p

      Hapus
  12. Kayanya ini cerita nyata, so sweet banget nih ceritanya :D

    BalasHapus
  13. Tuh kisahnya AADC banget haha. Harus pakek termehek2 di bandara haha. Hehe keren2.... sayangnya gue ketika di bandara gak pernah d gt in haha. Cewek gue aja cuma anterin di tem2 an angkot

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahahaha, aku ngakak bang -_-

      lain kali kisahnya di AADCin dong, jgn cuman nganter di tem2an angkot :p

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

OSIS & MPK SMAKENSA dimata para pengurusnya~

Kerajinan Manik Khas Kalimantan Timur

Drama Sebelum Berangkat, Magang Setneg (1)