Kartini Masa Kini Itu Bukan Yang Sibuk Mempercantik Diri
Holla! Akhirnya ada tulisan lagi. Well entah mengapa
semangat nulis itu selalu ada tapi kebanyakan cuma wacana :’) and finally,
tulisan ini selesai. Terimakasih banyak untuk yang ingetin untuk nulis, wkk. Jadi
ceritanya Selasa kemarin tepatnya 11 April 2017 gue menghadiri dua acara. Satu
tentang kepemudaan di Gedung MPR/DPR/DPD RI dan lainnya tentang keperempuanan
di Museum Bank Indonesia daerah kota Tua Jakarta.
![]() |
Kartini masa kini itu yang aktif menggali potensi diri :) |
Banyak pelajaran yang gue ambil dari kedua acara
tersebut. Tapi yang paling emosional sewaktu gue ngehadirin acara Panggung Para
Perempuan Kartini di Museum BI. Berasa perjuangan banget hadir di acara itu.
Pendaftaran terbatas karena emang banyak banget peminatnya.
Secara, yang hadir dalam acara tersebut adalah para artis
perempuan dan beberapa menteri perempuan. Kapan lagi ngeliat Dian Sastro, Maudy
Ayunda, Gita Gutawa, Happy Salma, Jajang C Noer, Najwa Shihab dan banyak artis
perempuan lainnya. Beberapa Ibu Menteri yang hadir ada Bu Menlu, Bu Menkes, Bu
Menkeu, Bu Mensos. Hayo, pada tahu ngga nama-nama para Ibu Menteri itu? :p
Bu Menlu namanya Retno, terus ada Bu Menkes yang
merupakan keluarga yang memang hampir semua dokter alias keluarga Moeloek yakni
Bu Nila Moeloek, terus yang paling terkenal itu Bu Sri Mulyani sebagai Menteri
Keuangan dan Bu Khofifah dari Kemensos.
Well. Gue suka puisi, banget! Gue suka semua hal yang
berhubungan dengan tulisan khususnya itu tulisan yang mengandung makna seperti
puisi. Gue juga pembaca puisi. Gue juga tertarik sama hal-hal yang berbau
perempuan. Menurut gue perempuan itu spesial, banget.
Tajuk acara keperempuanan itu yakni pembacaan surat-surat
Kartini dan fragmen film Kartini yang diperankan oleh Dian Sastro. Ketika pembacaan
musikalisasi puisi oleh kartika Jahja, entah kenapa butiran hangat langsung
netes ngelewatin pipi. Mbak Tika ngebawain syair Kendeng. Kalau ada yang ngga tahu
tentang Kendeng, berarti temen-temen di sini jarang baca berita nih.
Yah, intinya musikalisasi dari Mbak
Tika bikin merinding. Bait yang bikin trenyuh itu bagian yang berbunyi “Ibu bumi wis maringi, ibu bumi
dilarani, ibu bumi kang ngadili,” yang
artinya "Ibu bumi sudah memberi, ibu bumi disakiti, ibu bumi akan
mengadili."
Terlepas dari syair Kendeng yang dibawakan Mbak Tika, gue
merasa beruntung jadi salah satu orang yang hadir malam itu. Gue jadi ngerasain
gimana atmosfer semangat Kartini untuk kaum perempuan.
Ada salah satu kutipan yang gue suka dari surat-surat
Kartini. “Pendidikan itu penting, terutama perempuan. Karena ia akan menjadi
penentu bagi anak-anaknya.” Entah kenapa rasanya hati kayak teriris pas denger
bagian itu. Itu mengapa gue harus jadi perempuan cerdas.
Perempuan berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi
laki-laki, tapi untuk membangun generasi. Tentu istilah ini sudah sering banget
didengar. Dan yah, itu alasan kenapa perempuan harus cerdas. Madrasah utama anak
adalah pada ibunya. Sebab pendidikan anak bukan dimulai sejak dini, melainkan
sejak lelaki memiliki pasangan.
Aslik. Malah makin baper. Intinya perempuan itu spesial. Terlepas
dari berbagai banyak stigma negatif orang di luar sana tentang perempuan yang
kelakuannya minus, bukan berarti semua perempuan seperti itu. Banyak contoh
perempuan cerdas yang berhasil membangun generasi bahkan disegani dan dihormati
lelaki.
Intinya gue cuman mau bilang kalau gue bangga jadi
perempuan. Gue ngga bakal jadi perempuan manja yang ngertinya cuma leha-leha
dan berlindung di ketek pria. Gue ngga bakal jadi perempuan cengeng yang
ngertinya cuma ngemis kasih sayang. Gue lebih berharga dari itu dan pantas
dapatin yang lebih baik.
Yeah! Selamat Kartini! Walau sekaramg masih 17 April. Dan
walaupun sebenarnya semangat Kartini ngga harus nunggu momentum 21 April sih
menurut gue. Momen Kartini ngga sekadar ngucapin Selamat Hari Kartini di semua
sosmed. Tapi lebih ke perilaku. Bukan yang asyik mempercantik diri dan sibuk solek sana-sini dan target mencari pendamping hidup nan kaya lagi tampan. Bukan!
Ngga malu apa sama Kartini? Beliau yang hidup pada era
1890-an aja sudah punya pemikiran yang maju dan luas terhadap perempuan. Masa perempuan
masa sekarang malah merusak imej diri? Semoga perempuan siapapun yang membaca
tulisan ini menjadi tercerahkan, saatnya merubah diri dan posisikan perempuan
sebagai kaum yang memang pantas dibanggakan karena perannya. Caiyo!
Komentar
Posting Komentar